Profil Diri

Foto saya
mengenai diri saya, saya lahir di Jakarta,9 Mei 1989.Saya anak ketiga dari tiga bersaudara.Pengalaman pendidikan saya :TK Assifa,SD Kebon Pala 01,SMP 80Jakarta,SMA 42 Jakarta jurusan IPS sewaktu saya masih sekolah saya slalu mendapat peringkat tiga besar dan pada saat ini saya kul di UNJ jurusan ekonomi.Harapan atau cita2 saya mengambil jurusan ekonomi agar saya menjadi ahli ekonom dan dapat menjadi pengusaha ataupun Wiraswasta.visi hidup saya dapat membahagiakan orang tua dan misi hidup saya hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.Sekilas mengenai profil diri saya.

Senin, 16 Maret 2009

Pendidikan Nonformal Masih Berorientasi Proyek

Jakarta, Sinar Harapan
Aktivis Center for the Betterment of Education (CBE) Darmaningtyas menilai pendidikan nonformal yang selama ini diberikan pemerintah masih berorientasi proyek. Pendidikan nonformal padahal sangat diperlukan sebagai pengganti atau pelengkap pendidikan formal.
Hal itu dinyatakan Darmaningtyas kepada wartawan di Jakarta, Jumat (18/3). Ia mengungkapkan, pendidikan nonformal masih dibutuhkan baik di pedesaan maupun di perkotaan karena masih banyak penduduk Indonesia yang kesulitan mendapat akses ke pendidikan formal.
“Pendidikan nonformal jelas masih dibutuhkan di Indonesia, tidak hanya di pedesaan atau di daerah pelosok, tetapi juga diperkotaan, karena masih banyak penduduk kota yang kesulitan memperoleh akses ke pendidikan formal. Tetapi pendidikan nonformal yang diperlukan itu bukan proyek seperti kursus tiga hari atau sejenisnya, tetapi pendidikan yang lebih programatis,” ujarnya.
Fungsi dasar pendidikan nonformal, menurut Darmaningtyas, adalah menjembatani kebutuhan praktis kehidupan dengan dunia pendidikan. Tanpa tergantung pada usia peserta didik maupun lokasi sekolah, pendidikan nonformal bisa bersifat sebagai pelengkap maupun pengganti pendidikan formal.
Sayangnya, pendidikan nonformal yang selama ini diberikan pemerintah lebih banyak berorientasi proyek dan tidak memiliki konsep yang jelas. Akibatnya, pelaksanaan pendidikan nonformal tidak menghasilkan perubahan jangka panjang.
“Di tingkat pengelola, direktorat, pemahaman tentang pendidikan luar sekolah masih belum jelas. Akhirnya pendidikan luar sekolah dianggap sebagai charity dan sesuatu yang project oriented. Padahal sebetulnya bisa disusun kurikulum yang lebih kontekstual dan sustainable. Intinya tetap kebutuhan praktis, tetapi dibuat lebih programatis,” tambah Darmaningtyas.

Terobosan
Sebelumnya, Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (PLSP), Fasli Jalal mengatakan bahwa pendidikan nonformal merupakan terobosan untuk mengatasi masalah pendidikan manakala pendidikan formal tidak bisa dilaksanakan. Misalya, di daerah terpencil, dimana fasilitas pendidikan nonformal seperti sekolah dan tenaga pengajar belum tersedia. Atau pada kasus anak yang putus sekolah dan sulit kembali ke sekolah formal.
Sasaran terbesar pendidikan nonformal, menurut Fasli, adalah kelompok buta aksara. Jumlah penduduk buta aksara Indonesia saat ini 18,7 juta jiwa, kebanyakan diantaranya berusia pemuda (18-35 tahun). Jumlah pemuda buta aksara tercatat 7,548 juta, dan sebagian besar diantaranya tinggal di pedesaan. Kelompok ini biasanya sudah sulit kembali ke sekolah formal, sehingga bentuk pendidikan non-formal yang fleksibel lebih bisa diterima.
Selain itu, setiap tahun 200.000-300.000 anak siswa kelas I – III meninggalkan bangku sekolah. Kelompok anak putus sekolah itu juga salah satu sasaran pendidikan nonformal. (rhu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar